Profil Desa Ngadisalam

Ketahui informasi secara rinci Desa Ngadisalam mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Ngadisalam

Tentang Kami

Profil Desa Ngadisalam, Sapuran, Wonosobo. Mengupas model ekonomi terintegrasi berbasis peternakan kambing Etawa, sentra UMKM panganan khas dages, serta kekuatan modal sosial dan semangat gotong royong sebagai pilar utama kemandirian desa.

  • Sentra Peternakan Kambing Etawa

    Desa Ngadisalam merupakan salah satu pusat pengembangan peternakan kambing jenis Etawa di Kecamatan Sapuran, yang menjadi pilar ekonomi utama sekaligus investasi jangka panjang bagi masyarakat.

  • Pusat Produksi Kuliner Khas Dages

    Desa ini dikenal sebagai basis industri rumahan (UMKM) dages, sebuah penganan tradisional yang menggerakkan ekonomi skala mikro dan menjadi identitas kuliner lokal yang unik.

  • Ekonomi Terpadu Berbasis Komunitas

    Kekuatan desa ini terletak pada sistem ekonomi yang terintegrasi, di mana sektor pertanian, peternakan, dan UMKM saling mendukung, diperkuat oleh modal sosial dan budaya gotong royong yang mengakar.

XM Broker

Jauh dari hiruk pikuk destinasi wisata utama, Desa Ngadisalam di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, menampilkan potret ketangguhan ekonomi yang lahir dari kreativitas dan kerja kolektif. Desa ini mungkin tidak memiliki monumen ikonik atau panorama alam yang dramatis, namun kekuatannya terpancar dari denyut aktivitas di setiap pekarangan rumah warganya. Ngadisalam telah membangun fondasi kesejahteraannya di atas dua pilar unik: peternakan kambing Etawa yang berkembang pesat dan industri rumahan dages yang melegenda. Profil ini akan menyelami lebih dalam model ekonomi berbasis komunitas yang menjadi jiwa dari Desa Ngadisalam.

Pilar Ekonomi Ganda: Kambing Etawa dan Dages sebagai Penopang Kesejahteraan

Perekonomian Desa Ngadisalam memiliki karakteristik yang khas, ditopang oleh dua sektor unggulan yang saling melengkapi. Pilar pertama yang menjadi andalan utama ialah peternakan kambing, khususnya jenis Peranakan Etawa (PE). Hampir setiap kepala keluarga di desa ini memiliki dan memelihara kambing di pekarangan rumah mereka. Peternakan ini bukan sekadar aktivitas sampingan, melainkan telah menjadi bagian integral dari sistem ekonomi rumah tangga. Kambing Etawa dipilih karena memiliki nilai ganda, yakni sebagai penghasil daging dan susu, serta memiliki nilai jual yang tinggi sebagai ternak bibitan. Bagi masyarakat Ngadisalam, kambing merupakan bentuk tabungan hidup atau investasi yang dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan mendesak atau biaya besar seperti pendidikan anak dan renovasi rumah.Pilar kedua ialah industri rumahan atau UMKM yang memproduksi dages. Dages merupakan penganan tradisional khas Wonosobo yang terbuat dari ampas tahu atau bungkil kacang yang difermentasi. Desa Ngadisalam dikenal sebagai salah satu sentra utama produksi dages berkualitas. Di berbagai sudut desa, dapat ditemui para perajin, yang mayoritas merupakan ibu rumah tangga, tengah sibuk mengolah bahan baku menjadi dages siap jual. Keberadaan industri ini memberikan sumber pendapatan harian yang penting, memberdayakan perempuan secara ekonomi, dan menjaga keberlangsungan warisan kuliner lokal. Kombinasi antara investasi jangka panjang dari ternak dan pendapatan harian dari dages menciptakan sebuah jaring pengaman ekonomi yang solid bagi warga.

Letak Wilayah dan Kondisi Demografi

Secara administratif, Desa Ngadisalam berada dalam wilayah Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di kawasan dataran tinggi yang subur khas Wonosobo. Wilayah desa ini berbatasan dengan Desa Jolontoro di sebelah utara, Desa Pecekelan di sebelah timur, Kelurahan Sapuran di sebelah selatan, serta Desa Marongsari di sebelah barat. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat kecamatan memberikan kemudahan akses terhadap pasar dan layanan publik.Luas wilayah Desa Ngadisalam tercatat sekitar 175,2 hektare. Sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan kayu. Berdasarkan data kependudukan per tahun 2025, desa ini dihuni oleh 3.205 jiwa. Dengan luas tersebut, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.829 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan bahwa Desa Ngadisalam merupakan kawasan pedesaan yang cukup padat, di mana lahan produktif dan pemukiman dikelola secara intensif oleh masyarakat.

Pertanian Terpadu dan Semangat Gotong Royong

Salah satu kunci keberhasilan model ekonomi di Ngadisalam ialah adanya sistem pertanian terpadu yang didukung oleh semangat kebersamaan yang tinggi. Terdapat sebuah siklus simbiosis mutualisme antara sektor pertanian dan peternakan. Para petani memanfaatkan sebagian hasil panen atau limbah pertanian, seperti daun singkong dan jerami, sebagai pakan ternak. Sebaliknya, kotoran dari ternak kambing diolah menjadi pupuk kandang organik yang sangat baik untuk menyuburkan kembali lahan pertanian mereka. Praktik ini tidak hanya mengurangi biaya produksi bagi petani dan peternak, tetapi juga mendukung sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.Fondasi dari semua aktivitas ekonomi ini ialah modal sosial yang kuat. Semangat gotong royong bukan hanya slogan, melainkan praktik keseharian. Warga terbiasa saling membantu dalam berbagai kegiatan, mulai dari membangun rumah, menggarap sawah, hingga saat mengadakan hajatan. Kelompok-kelompok ternak dan kelompok perajin dages menjadi wadah untuk berbagi informasi, mengatasi masalah bersama, dan memperkuat posisi tawar mereka di pasar. Di samping itu, kegiatan keagamaan dan kesenian lokal, seperti kelompok rebana, turut mempererat ikatan sosial dan menjaga harmoni di tengah masyarakat.

Peran Pemerintah Desa dalam Mendorong Ekonomi Lokal

Pemerintah Desa Ngadisalam memegang peranan penting sebagai fasilitator dan akselerator pembangunan ekonomi lokal. Melalui alokasi Dana Desa dan sumber pendanaan lainnya, pemerintah desa secara aktif mendukung sektor-sektor unggulan tersebut. Program yang telah dan terus dijalankan meliputi penyelenggaraan pelatihan manajemen peternakan yang bekerja sama dengan Dinas Peternakan kabupaten, fasilitasi akses permodalan bagi UMKM, serta bantuan dalam proses pengurusan izin usaha dan sertifikasi produk seperti Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) untuk para perajin dages.Pemerintah desa juga berupaya membuka akses pasar yang lebih luas, baik untuk ternak kambing maupun produk dages, dengan mengikutsertakan para pelaku usaha dalam pameran-pameran produk lokal. Upaya ini bertujuan untuk mengangkat citra dan daya saing produk unggulan Desa Ngadisalam di tingkat regional.

Tantangan dan Visi Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan

Meskipun telah memiliki fondasi ekonomi yang kuat, Desa Ngadisalam tetap menghadapi sejumlah tantangan. Di sektor peternakan, tantangan meliputi fluktuasi harga pakan, penanganan penyakit ternak, dan regenerasi peternak di kalangan generasi muda. Sementara di sektor UMKM dages, tantangannya ialah standardisasi kualitas produk, inovasi kemasan agar lebih menarik, dan pemasaran yang lebih modern untuk menjangkau konsumen di luar Wonosobo.Menjawab tantangan tersebut, visi pengembangan Desa Ngadisalam ke depan terfokus pada penguatan dan modernisasi sektor-sektor unggulannya. Visi ini mencakup pembentukan koperasi ternak untuk menstabilkan harga dan mempermudah akses pasar, serta pengembangan produk turunan susu kambing Etawa. Untuk industri dages, visinya ialah melakukan branding "Dages Ngadisalam" sebagai produk oleh-oleh khas yang higienis dan berkualitas. Jangka panjangnya, desa ini berpotensi dikembangkan menjadi destinasi agrowisata edukatif, di mana pengunjung dapat belajar tentang sistem pertanian terpadu, melihat langsung proses beternak kambing Etawa, dan mencoba membuat dages sendiri. Dengan demikian, Desa Ngadisalam tidak hanya mengandalkan produknya, tetapi juga menjual cerita dan pengalaman unik yang dimilikinya.